Pentingnya Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan dalam Industri Makanan (SMKPO)

Sistem manajemen keamanan pangan olahan memegang peranan penting dalam industri makanan. Dalam era di mana standar kesehatan dan keselamatan konsumen semakin ketat, penerapan sistem ini menjadi keharusan bagi produsen untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan aman dan berkualitas tinggi.
Hal ini, akan menambah wawasan mengenai komponen utama food safety management system, termasuk langkah-langkah implementasi, kepatuhan terhadap regulasi, serta keuntungan yang dapat diperoleh baik dari sisi produsen maupun konsumen.
Dengan memahami pentingnya sistem ini, diharapkan pelaku industri makanan dapat lebih siap dalam menjaga kualitas dan keamanan produk, sekaligus berkontribusi dalam peningkatan standar keamanan pangan di masyarakat.
Langkah Membangun Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan yang Efektif
SMKPO (Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan) dikembangkan untuk memastikan keamanan dan mutu pangan olahan melalui pengawasan mandiri berbasis risiko sepanjang rantai distribusi pangan. Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito, menjelaskan bahwa sistem ini merupakan langkah pencegahan penting untuk menghasilkan pangan yang aman dan bermutu sejak awal produksi hingga siap diperdagangkan.
Peraturan SMKPO mencakup Pedoman Cara Peredaran Pangan Olahan yang Baik (CPerPOB) dan Pedoman Audit Internal yang dapat diikuti oleh pelaku usaha dalam menerapkan SMKPO. Penny menjelaskan bahwa pelaku usaha yang menerapkan SMKPO dapat mengajukan Sertifikat Pemenuhan Komitmen SMKPO atau Sertifikat Pemenuhan Standar SMKPO.
Sertifikat Pemenuhan Komitmen ditujukan untuk pelaku usaha di ritel pangan tradisional, minimarket, dan pengelola pasar, sedangkan Sertifikat Pemenuhan Standar SMKPO untuk pelaku usaha di hypermarket, distributor, dan importir.
Pelaku usaha diberikan waktu 24 bulan untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan baru, terutama dalam hal tanggung jawab manajemen, rencana keamanan pangan, dan sistem manajemen mutu. Namun, importir baru tidak diberikan masa penyesuaian ini, sehingga sertifikasi SMKPO wajib segera dilakukan.
Sertifikasi ini menggantikan pemeriksaan sarana dan bangunan yang sebelumnya dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan POM dan mengubah pendekatan pengawasan dari “watchdog control” menjadi “proactive control”, di mana pelaku usaha secara mandiri melaporkan hasil audit internal mereka kepada Badan POM.
Konsultasi Gratis di IPJ Group
Membangun sistem manajemen keamanan pangan olahan yang efektif memerlukan perencanaan yang matang dan penerapan yang konsisten. Berikut adalah langkah-langkah utama yang dapat dilakukan:
1. Pemahaman Regulasi dan Standar
Langkah pertama adalah memahami regulasi dan standar keamanan pangan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional, seperti HACCP, ISO 22000, atau BPOM. Ini penting agar sistem yang dibangun sesuai dengan aturan yang berlaku dan dapat diterima oleh pihak otoritas.
2. Identifikasi dan Analisis Bahaya (Hazard Analysis)
Perlu melakukan identifikasi risiko yang mungkin timbul dalam proses pengolahan pangan, seperti bahaya fisik, kimia, dan biologis. Analisis ini akan membantu dalam menentukan titik kritis yang perlu diawasi.
3. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)
HACCP adalah sistem yang berfokus pada pengendalian titik-titik kritis dalam produksi pangan. Tentukan langkah-langkah pengendalian yang dapat mengurangi atau mengeliminasi bahaya yang teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
4. Pengembangan Kebijakan Keamanan Pangan
Selanjutnya, buat kebijakan keamanan pangan yang jelas dan mencakup seluruh aspek produksi. Kebijakan ini harus didukung oleh manajemen puncak dan dipahami oleh seluruh karyawan.
5. Penyusunan SOP (Standard Operating Procedures)
SOP yang rinci dan mudah dipahami harus disusun untuk setiap tahap produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga distribusi. SOP ini akan memastikan semua proses berjalan sesuai standar keamanan yang ditetapkan.
6. Pelatihan dan Edukasi Karyawan
Karyawan perlu dilatih secara berkala mengenai prosedur keamanan pangan. Pemahaman dan keterlibatan mereka sangat penting dalam penerapan sistem yang efektif.
7. Penerapan Sistem Pemantauan dan Dokumentasi
Kemudian, melakukan sistem pemantauan rutin harus dilakukan pada titik-titik kritis yang telah ditentukan. Dokumentasi yang rapi akan memudahkan dalam evaluasi dan audit keamanan pangan.
8. Audit dan Evaluasi Berkala
Lakukan audit internal dan eksternal secara rutin untuk mengevaluasi efektivitas sistem yang telah diterapkan. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk perbaikan dan pengembangan sistem.
9. Penanganan Insiden dan Recall Produk
Siapkan prosedur penanganan jika terjadi insiden atau kontaminasi produk. Sehingga, sistem recall yang cepat dan efisien akan meminimalisir dampak buruk bagi konsumen dan reputasi perusahaan.
10. Komitmen Terhadap Perbaikan Berkelanjutan
Selanjutnya, keamanan pangan harus terus diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan regulasi baru. Evaluasi sistem secara berkala dan selalu terbuka terhadap inovasi untuk menjaga keefektifan sistem.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, perusahaan dapat membangun SMKPO yang tangguh, menjaga kualitas produk, dan meningkatkan kepercayaan konsumen. Dengan Sertifikasi SMKPO (Sistem Manajemen Keamanan Pangan Olahan), pelaku usaha dapat mencantumkan logo SMKPO sebagai alat promosi untuk meningkatkan daya saing dan kepercayaan masyarakat. Sosialisasi hari ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran para peritel pangan olahan tentang pentingnya sertifikasi SMKPO. Pengajuan sertifikasi dapat dilakukan secara online melalui e-Sertifikasi BPOM.